Saturday 2 March 2013

Sedikit Ide Pertama

Sebelum melanjutkan ke konten, saya hanya sedikit heran, mengapa ada... sedikit orang yang belum apa2 sudah lebih banyak men-judge saya, yang paling parah, melarang saya untuk posting hal-hal yang padahal akan berhubungan dengan DPAZL which is (future) Tugas Akhir saya. Tapi ya, kalau dipikir2 sebenenarnya sih saya tidak heran... Karena, mereka, selain memang sedikit yang mengetahui fakta2 penting di sekitar, juga sedikit yang tahu bahwa saya punya tujuan yang (sebagai desainer) dapat dibilang sangat produktif bahkan visioner. Dan sharing di facebook hanyalah bagian dari cara saya mencapai itu. (Saya rasa bagi yang sudah bersedia membaca blog ini, layak untuk saya beritahu hal ini) Ya, saya bertujuan untuk mengetahui sejauh mana target audiens saya nanti memahami konten DPAZL. Dan sedikit banyak saya bisa mengerti reaksi dan tingkat keterbukaan mereka. Singkatnya, menyamakan persepsi lah.

Saya berusaha membuat segalanya terstruktur. Sebelumnya, terimakasih kepada Pak Sabar (dosen Riset saya), atas info-nya bahwa berdasarkan riset, karakteristik orang Indonesia yang terlalu gengsi, lebih melihat konten daripada konteks, dan 8 karakter lainnya, membuka mata saya dalam melakukan pendekatan tersebut. Struktur tersebut, jika ada yg mengikuti posting-an saya di facebook, dimulai dari budaya pop, lalu sharing2 mengenai makna dan nilai uang, kemudian konspirasi pada peristiwa nine-eleven, lalu nilai2 yang ada pada media yang memuat peperangan, hingga terjadinya peperangan itu sendiri.

Hasilnya, dibandingkan melihat kebenaran, lebih banyak yang mencari2 kesalahan. Atau simpelnya, konten lebih dilihat daripada konteks. Cenderung lebih banyak yang tertutup dan mengkritisi dengan cara yang sering saya lakukan dulu,  ketika lebih banyak 'berbicara' daripada 'mendengar', logika umum yang dalam desain diibaratkan sebagai "Ide Pertama", yang mana para pekerja kreatif setuju, bahwa Ide Pertama adalah ide spontan yang cenderung sama dan merupakan sesuatu yang sebaiknya jangan dipercaya, tapi mereka tidak.Ini berhubungan dengan Diskursus, yakni diskusi yang seharusnya berangkat dari filosifi awal dari sebuah pemikiran.

Yah, setidaknya para kontra-fakta tersebut mau tidak mau dapat melihat fakta di news feed-nya dan ikut berpikir. Karena, para Elit Visioner itu memang menginginkan generasi muda untuk tidak terlalu banyak berpikir. Itulah alasan begitu banyak Entertainment diproduksi sebagai strategi untuk itu.

Saya terpaksa harus mengenyampingkan fakta bahwa saya memiliki hak untuk beropini bebas di internet, baik disini maupun di facebook. Karena orang2 itu akan "menyerang" saya. Yah, mau bagaimana lagi, hidup adalah pilihan dan ini pilihan saya. Belum "berhadapan" langsung dengan Raja saja, sudah banyak yang menghadang. Sekarang gini aja deh, kalau buku dari para pemikir dianggap sebagai teori konspirasi, dan bukti-bukti nyata dari foto, kesaksian, dan film2 dokumenter dikesampingkan dengan alasan menyebarkan kebencian. Berarti (selain kitab suci) apa yang harus kita percaya? Haduh.

Ketika tedengar informasi yang terlalu detail, ada istilah"nyebut merk" atau "pencemaran nama baik". Ketika tidak detail, mereka menginginkan data dan memilih untuk tidak percaya. Memang selalu ada cara untuk mendukung subjektifitas. #The Power of Why [18]

1 comment:

  1. The best casino games - JTG Hub
    The 김포 출장샵 best casino games for your gaming 대구광역 출장샵 needs. You can play online 전주 출장샵 slots, table games, card games, video poker, 강원도 출장안마 roulette, and bingo. From 사천 출장샵 traditional

    ReplyDelete