Tuesday 23 June 2015

Antara TEDx Talks, Materi Kontroversial, serta Kantung Muntah



Tidak semua orang menyadari, ada proses panjang dibalik sebuah presentasi. Tidak semua juga yang memikirkan, bahwa sesuatu yang disebut revisi, bisa menjadi sangat menekan, bahkan kadang terasa memojokkan. Lantas, apa hubungan TEDx Talks dengan kantung muntah atau airsickness bag pesawat? Bagaimana mungkin seseorang memerlukan sebuah kantung muntah hanya gara-gara acara TEDxITS yang didengung-dengungkan itu, yang saya sendiri tak pernah melewatkannya, yang tiketnya selalu habis terjual dengan semua pembicara inspiratifnya, yang elemen desainnya selalu memanjakan mata di setiap tahunnya?

... saya sudah tak bisa menunggu lagi. Lantas saya ambil kantung muntah itu, dan saya lakukan saat itu juga, "aaaaargh!"


Baru saja sepekan yang lalu, saya mendapatkan kabar mengenai dipublikasikannya video presentasi saya – serta semua pembicara utama lainnya, dalam TEDxITS 3.0: A BlasTED Idea di gedung Rektorat ITS, Surabaya November tahun lalu – ke dalam channel resmi TEDx Talks di Youtube. Seketika, semua ingatan mengenai itu yang semacam telah tenggelam,  terkemukakan kembali. Rasanya, keresahan akibat betapa kontroversialnya materi saya – dan perjuangan untuk bertekad bulat dan mengurungkan niat membatalkan kesempatan untuk tampil ketika itu – terbayarkan. Maksud saya, alhamdulillah, bahwa saya betul-betul bisa melewatinya tanpa mengecewakan orang-orang baik yang sangat saya hormati – yang dengan sangat murah hati – memercayakan saya untuk bisa menuangkan pemikiran, atau sekadar mencurahkan keresahan sebagai seorang desainer baru-lulus ketika itu. Sebut saja Pak Dodik dan Mbak Irma, mas Arief, serta tak lupa pula Organizing Committee (OC) saya, Firda.

Kabar Gembira

Awalnya, saya diminta berbagi cerita sebagai founder mukaku, bidang usaha kreatif ilustrasi potret wajah yang telah saya geluti hingga saat ini. Namun, secara pribadi saya merasa topik itu kurang menantang jika dibandingkan dengan materi Tugas Akhir saya yang telah "dilahirkan" dengan penuh perjuangan itu. Mas Arief, senior saya – yang juga koordinator divisi desain acara tersebut – juga menyarankan untuk membawakan itu, dengan alasan 'lebih mindblowing', katanya. Akhirnya saya  memberanikan diri memilihnya.

"Truthseekers, Here it is the True Reality", adalah judul materi kontroversial yang saya maksud, yang sudah siap saya bawakan sejak pertama kali saya ditawarkan untuk menjadi pembicara pada pertengahan September. Sebetulnya, itu adalah materi yang sama dengan yang telah saya presentasikan pada 1001 IDE: The Extinction di Ciputra World Surabaya pada Maret di tahun yang sama dengan beberapa penyuntingan serta perubahan minor. Ketika itu, OC menginformasikan bahwa saya harus mengirimkan materi saya sebelum tanggal tertentu, dan saya berusaha memenuhi persyaratan tersebut. Bahkan, sebelumnya saya telah melakukan gladi bersih sederhana di rumah, dengan menggunakan timer, penonton bayaran (haha bercanda) serta sebuah Presenter yang saya beli di Sakinah yang telah menemani saya mengarungi lautan presentasi di kampus selama dua tahun terakhir sebelum saya lulus – sampai akhirnya ia hilang entah kemana sejak saat itu. Barulah saya berani mengirimkannya, jujur ketika itu saya merasa berdebar-debar dengan respon yang mungkin datang dari panitia. Bukan karena konten yang ada dalam presentasi saya, namun karena fakta bahwa video publikasi TED yang saya lihat menyatakan dengan tegas bahwa ia bebas dari agenda politik, korporasi, serta agama.

Secara pribadi, saya tahu bahwa saya memang bersih dari ketiga agenda yang saya sebutkan itu, namun, fakta bahwa terdapat video TEDx Talks dari seorang tokoh muslimah lokal kontroversial yang beberapa kali mencetuskan pemikiran yang dianggap liberal – dengan materi yang berhubungan dengan pertanyaan yang secara literal mempertanyakan tentang apakah agama masih dibutuhkan, serta tokoh internasional lain yang buku tentang dirinya sebagai anak dari bapak teroris itu dipromosikan dalam official website TED, sempat membuat saya takut bahkan pusing. Maksud saya, bagaimana mungkin mereka menyatakan bebas dari agenda-agenda agama dan politik, sedangkan di lapangan, itu terjadi, dan semacam 'asalkan sesuai dengan pemikiran gue, kalo perlu gue promoin di website gue,' 'gitu, Sounds not fair, right?

Kembali ke 'reka ulang' adegan, rupanya saya pembicara pertama yang tepat waktu mengirimkan presentasi tersebut – kata OC saya – dan alhamdulillah, kecemasan saya tidak terbukti, karena tidak ada feedback negatif terhadap presentasi saya, sampai tiba-tiba, untuk alasan akademik, acara TEDxITS diundur 2 bulan ke depan, menjadi bulan November.

Kontroversi yang Nyata

Waktu berjalan dengan damai, bulan berganti hingga November tiba, saya menonton banyak presentasi TEDx Talks, mempelajari kembali teknik-teknik presentasi secara online serta mempraktekannya, mengurus data-data administratif secara remote melalui email, hingga sekitar 1 minggu sebelum hari H... kedamaian itu bertransformasi jadi kepanikan, keyakinan jungkir balik menjadi keresahan. Tiba-tiba, beberapa figur paling berpengaruh dalam TEDxITS, menyarankan saya untuk melakukan revisi terhadap presentasi saya, persis dengan gambaran ketakutan yang saya tidak inginkan itu 2 bulan lalu.

"... Terlalu keras...," "... promosi diri...," "forum tidak pas..." dan sebagainya. Feedback mendadak yang saya dengar waktu itu sudah lebih dari cukup untuk menggerayangi hari-hari saya serta meruntuhkan semua tembok yang telah membentuk kata "siap" di kepala saya 2 bulan terakhir itu. Rupanya materi itu dinilai berbau politik dan saya disarankan untuk merevisi, bahkan mengubah topik. Saat itu, setiap jam saya memutar otak tentang apakah saya mampu merubahnya atau tidak,  apakah waktunya cukup atau tidak, perlukah saya mundur saja untuk kebaikan bersama, dan sebagainya.

Saya sangat mengerti bahwa pihak TEDxITS sama sekali tidak berniat buruk atau apapun, mereka hanya mencoba melakukan semuanya secara proper, bahkan mungkin untuk kebaikan saya sendiri. Namun, masalah utamanya adalah, waktu saya bahkan kurang dari 1 minggu, saya merasa tidak akan mampu untuk melakukan itu. Sulit dikemukakan, intinya, saya stres.

Fyuuuh

Sampai sebuah titik, yang bisa dibilang merupakan titik balik 'konflik batin' tersebut. Saya menyadari bahwa saya sudah dipercaya dengan tanggung jawab tersebut, poster sudah dipublikasikan, tiket sudah terjual, dan akomodasi sudah dipersiapkan. Saya tidak boleh mengecewakan siapapun, termasuk diri saya sendiri, tidak ada kata terlambat, bukan, katanya? Serta, bagaimana dengan filsafat militer Tiongkok yang selalu saya agung-agungkan itu, bahwa jika mau memenangkan 100 pertempuran, kenali dulu diri kita, serta musuh kita (Ya, ini ada di dalam video.) Masa saya mau mengalah sebelum bertanding?

Sungguh-sungguh

Akhirnya, saya sudah memutuskan untuk mengubahnya, saya memberanikan diri, untuk membuat presentasi dengan judul yang sama sekali baru, namun tetap menyertakan semua unsur yang ingin saya komunikasikan. Sulit dijelaskan, memang. Intinya, inspirasi selalu datang bagi siapapun yang ingin berjuang. Man jadda wa jadaa kan, kawan?

Keputusan itu terjadi sekitar 2 atau 3 hari sebelum hari H. Namun kalau tidak salah, saya juga masih disibukkan dengan beberapa hal lain, hingga H-1 datang, saya sudah harus berangkat menuju bandara sendangkan presentasi yang sudah saya coba buat, secara menyedihkan baru berkisar 5 - 10 persen saja. Bahkan baru 1 - 3 slide kalau tidak salah (termasuk cover, yes)

Sepanjang perjalanan ke bandara, saya terus memikirkan tentang yang perlu dikemukakan, lalu menjalankan rentetan perjalanan dengan wajar, check inboarding, dan sebagainya, hingga akhirnya saya bisa duduk tenang, dan pesawat pun terbang.

Itulah saat yang saya tunggu-tunggu, waktu bebas yang bisa saya manfaatkan dengan maksimal, untuk menulis outline pembicaraan saya nantinya. Saya membawa pulpen di tas kamera saya, namun rupanya tidak ada kertas, saya harus mengambilnya di tas bepergian yang berada di kabin. Tapi, sungguh sangat membuang waktu jika harus menunggu posisi sempurna pesawat, ataupun meminta permisi penumpang sebelah, dan sebagainya. Sebagai informasi, saya adalah orang yang selalu mengambil dan menyimpan kantung muntah pesawat sebagai 'amplop' untuk menyimpan dokumen-dokumen perjalanan untuk setiap trip. Pembaca pasti memikirkan apa yang saya pikirkan, kan? Ya, bagaikan korban kekerasan yang hendak menelepon nine-one-one, ide itu muncul, karena saya sudah tak bisa menunggu lagi. Lantas saya ambil kantung muntah itu, dan saya lakukan saat itu juga, "aaaaargh! saya harus menyelesaikan presentasi ini dengan baik," kata saya kepada diri saya sendiri, langsung saya tuliskan semua outline, ide, serta narasi presentasi di atas kantung muntah itu. Agak jelek sih, tulisannya, dan agak sempit sih kolomnya, tapi lebih dari cukup untuk hari yang sangat pendek, untuk waktu yang terus berdetik.

Finishing Act

Alhamdulillah, saya memaksimalkan waktu saya dengan baik, singkat cerita, saya sampai ke wisma ITS dan saya yang awalnya berniat menyisipkan waktu bersenang-senang, nostalgia, atau bertemu kawan lama (aih) harus berubah haluan. Saya sampai ba'da maghrib dan yang saya lakukan hanya membuka laptop dan berhadapan dengan aplikasi Power-Point, Illustrator serta Photoshop. Tak terasa pula, sudah jam tiga, dan saya tak boleh terus terjaga. Kabar baiknya, itu tidak seburuk yang saya kira.

Pukul 5, saya bangun, dan langsung melanjutkan beberapa hal yang perlu dilanjutkan, sarapan, bersiap-siap, mengatur beberapa strategi untuk datang sedikit terlambat, dan, yang terpenting, setelah semua siap, saya biarkan dulu laptop menyala, lalu OC serta seorang mahasiswa-penyetir yang menjemput saya, saya panggil, untuk meminta pertolongan kecil buat saya.

Alhamdulillah, mereka mau, mereka duduk di atas kasur yang sudah cukup rapi itu, sementara saya di depan meja rias, bersama laptop saya. Tahu 'kan apa yang kemudian dilakukan? berdandan?? bukan, bukan itu... saya melakukan presentasi di depan mereka, sebelum tiba waktu saya muncul di panggung pada urutan ketiga. Terima kasih untuk mereka berdua :)

Kami berangkat menuju lokasi dan langsung sampai. Untuk pertama kalinya, saya datang bukan untuk mengantre kartu peserta, namun untuk diarahkan panitia. Untuk pertama kalinya, saya duduk di kursi terdepan, melihat para panitia sibuk mengatur jalannya acara, dan ya, sambil menunggu giliran saya, sebagai pembicara berikutnya. Saya berdoa, juga meminta yang sama ke orang tua tercinta. Panitia memanggil saya, memasangkan mic sambil memberikan instruksi-instruksi teknis seperti biasa, dan nama saya, dipanggil saat itu juga. Lalu, Allah membuatnya mengalir begitu saja. :)

Wednesday 12 June 2013

Portfolio Review. Hexagram VS Octagram

Logo Eksisting Muhammadiyah Pre International School
Ini adalah tugas portfolio review saya yang baru sempat di publish. Sebenarnya, awalnya saya agak bingung untuk menentukan subyek apa yang ingin saya bahas karena topik saya di blog ini cukup unik (unik dalam arti sebenarnya bukan dalam arti memuji-blog-sendiri). Awalnya saya ingin membahas tugas Apresiasi Desain saya tentang Chevron sebagai perusahaan yang Yahudi-banget, tapi berhubung itu bukan mata kuliah perancangan ataupun studio, akhirnya saya mendapatkan subyek alternatif yang cukup berhubungan, yaitu branding SD Pre-International Muhammadiyah 26 Surabaya, yang merupakan karya saya bersama teman-teman pada tahun lalu untuk mata kuliah DKV 4.

Berikut ini adalah preview dari logo final yang kebetulan dibuat oleh saya sendiri:

Lalu, apa hubungan antara logo ini dengan blog? Sebenarnya sih tidak ada. Tapi jika dikaitkan dengan simbol, pada dasarnya ada. Apakah itu? Tentunya semua sadar ya bentuk dasar logo ini yang dibuat dari persegi atau segi-empat, yang tentu juga terlihat intersection diantara dua persegi tersebut yang pada akhirnya membentuk segi delapan atau oktagram.

Dua intersection antara persegi

Octagram yang bentuk dasarnya dari persegi

Jujur saja, pada saat pembuatan logo ini, saya masih tergolong-sebagai-orang-orang-yang-tidak-ambil-pusing-tentang-illuminati-or-something. Yang saya lakukan saat itu adalah benar-benar memberikan solusi terhadap rebranding sekolah ini sebagai sebuah proses, yang pada saat itu memang kurang maksimal sebagai sekolah pre internasional yang citranya menurut masyarakat cukup baik.

Namun sekarang, dapat dibilang bahwa saya sangat menyukai oktagram, sebagai salah satu seni geometri yang banyak muncul dalam peradaban islam. Saya bahkan berniat akan terus menerapkan bentuk ini dalam desain saya. Ini dapat menjadi alternatif yang lebih menarik dibandingkan dengan tren penggunaan lingkaran dan hexagram yang marak akhir-akhir ini bukan? Oke, ini menurut saya. Kalo gak nurut gak apa-apa kok. hehe. (Oh iya, oktagram juga ternyata digunakan oleh freemasonry, namun tidak begitu populer, misalnya pada ornamen dekoratif loji tua freemason di jaman dulu)

Sebelum terjun sedikit dalam ke logo ini, saya ingin sedikit meluruskan bahwa sebenarnya, tidak ada yang benar-benar memiliki Hexagram ataupun Octagram. Sama halnya seperti freemason yang juga mengunakan oktagram. Identitas geometri islam sendiri juga menggunakan Hexagram. Jadi bagaimana menyikapinya?
Geometri dalam Islam yang serupa (dengan dasar persegi)
Geometri Islam yang sedikit menyerupai Hexagram

Dalam kesenian Islam, Islam memiliki warisan yang kaya akan penggabungan unsur geometri pada gaya arsitektur (Raymond Tennant : 2009). Hal ini nampak bahwa corak arsitektur Islam berbeda dengan arsitektur lainya. Arsiterktur Islam lebih menggunakan pola-pola berbentuk garis, lingkaran dan pola geometri lainnya yang tersusun membentuk satu-kesatuan yang mengandung makna spiritualis dan memiliki nilai estetika atau keindahan tingkat tinggi. Dengan menggunakan konsep geometri pada matematika, arsitektur Islam telah menghasilkan suatu keindahan dan kesempurnaan tingkat tinggi (Ahmad Panahi : 2012).Bahkan, seorang penulis bernama Adolph P. Yushkevich memberi pendapat seputar peran matematika Islam sebagai berikut:
Matematikawan Islam memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa dan memperkayanya dengan temuan mereka sendiri dan temuan yang diwariskan oleh bangsa Yunani, India, Suriah, Babilonia, dan lain-lain.

Dapat dikatakan, bahwa titik berat sesungguhnya adalah bukan pada hexagram ataupun octagram itu sendiri, melainkan pada bentuk dasarnya. Seperti halnya lambang negara Israel, hexagram terdiri dari 2 segitiga yang umumnya mengasosiasikan antara piramida. Fungsi Piramida sebagai kuburan Pharaoh (Firaun), memang merupakan semacam ritual keabadian, yang menganggap bahwa jika jasad yang telah mati dikebumikan di dalam Piramida, maka akan ada kehidupan kekal setelah kematiannya. Piramida merupakan semacam pintu menuju dunia lain, dimana dilambangkan dengan jelas bahwa dua piramida pada lambang Israel yang ter-intersected, atau yang biasa disebut bintang David, merupakan simbol bertemunya dua dunia. Serial The Arrivals menguak rahasia di balik gedung-gedung modern berkonsep Piramida baik yang ada di Amerika sampai di United Arab Emirates yang masing-masing memiliki karakteristik serupa di dalamnya.

Intersection dua segitiga yang membentuk Hexagram, seperti pada lambang Israel
Piramida dan mata satu pada Great Seal & uang 1 Dollar Amerika yang jika di trace dengan bentuk hexagram, menunjukkan kata "Mason"

Bagaimanapun, "kenapa" adalah pertanyaan wajib yang harus ada dalam pembahasan apapun di blog ini. Jika melihat bangunan-bangunan masjid baik di Indonesia ataupun di Timur Tengah yang dapat kita lihat di acara sejarah Islam ketika Ramadhan, geometri memang selalu ditemukan. Tidak peduli Hexagram ataupun Octagram, Islam memang memegang peranan serta pengaruh signifikan dalam ilmu matematika. Hanya saja, orang Islam cenderung low-profile dan tidak lebai. Kenapa saya katakan demikian? Ya bandingkan saja, bagaimana mungkin sampai sekarang Einstein selalu jadi ikon untuk (yang katanya) penemuannya yang bahkan tidak semua orang yg ikut2an euforia dalam "mempromosikannya" benar2 mengerti apa pengaruhnya dalam hidupnya.

Saya sudah menonton cukup banyak film dokumenter mengenai Illuminati, Freemason dan konspirasinya. Salah satu yang saya ingat adalah bahwa peristiwa 9-11 sebenarnya merupakan semacam ritual, yang sebelumnya terdapat semacam "plaza" yang sistemnya menyerupai ka'bah. Bagaimanapun, Illuminati adalah penyembah Lucifer >> Setan yang skenarionya adalah selalu ingin menyaingin Tuhan yang asli. Dan jika melihat Freemason yang selalu menge-klaim bahwa diri mereka jenius, pintar, orang-orang terpilih dan "suka-menghitung" yang dilambangkan dengan jangka dan mistarnya, saya hanya melihat itu sebagai satu lagi upaya mereka untuk "menyaingi" intelejensi ilahiah yang sesungguhnya, ya, seperti dalam peradaban Islam yang dulu jaya. (Baiklah, saya tidak tahu dengan pasti tentang Islam yang sekarang seperti apa). Tapi, jika cara mereka menjadi pintar adalah dengan "meracuni" makanan, obat-obatan, dan konsumsi manusia lainnya di dunia, tidak ada yang mengesankan dengan itu.


Monday 10 June 2013

THRIVE | Menarik lalu menjatuhkan, mungkin?

Mereka bilang, " ... the best movie describing Illuminati..."
Saya bilang, " Rebut saja baiknya, lenyapkan buruknya."



Kalimat diatas cukup penting untuk mendeskripsikan bagaimana film ini sesungguhnya. Secara umum, saya dapat bilang bahwa ini film yang menarik. Tapi disisi lain, makanan paling mahal dan enak sekalipun dapat berbahaya jika kita menelannya mentah-mentah (Baik itu literally ataupun metaphorally) Bagaimana jika kita memakannya dengan sangat lahap tapi racun telah ditambahkan pada filling keju mozarella kesukaan kita? Tentu tidak akan sulit bagi kita untuk menjadi 'korban' bukan?.

Idealnya, silahkan lihat dulu trailer film ini:

Melihat trailernya/ tidak, ini memang film yang sungguh menarik. Dimulai dari topik tentang bagaimana jika konsep free-energy dikembangkan. Kita bahkan tidak akan tahu bahwa film ini membahas sesuatu yang berhubungan dengan Illuminati. Tutur komunikasinya lebih mirip film tentang kesuksesan ataupun bagaimana cara menjadi orang kaya dan sejenisnya, (if u know what i mean :p.) Kelihatannya, segmentasi film ini memang sengaja dirancang untuk mudah diterima semua orang. Atau lebih tepatnya, untuk mereka yang masih sangat samar mengetahui Illuminati.

Jadi, apa saja yang dibahas dalam film ini? Pertama, mereka membicarakan tentang konsep energi Torus. Yaitu sebuah konsep energi yang menurutnya, selalu ada di semua unsur terkecil hingga terbesar pada alam semesta. Yaitu konsep perputaran berlawanan arah jarum jam yang membentuk aliran energi berbentuk mirip apel. Seperti misalnya pada galaksi, aliran yang terbentuk dari proses rotasi membentuk pusaran dari titik pusat ke tepi lingkar galaksi yang mengelilinginya... dan aliran energi itu, seperti yang saya bilang tadi, berbentuk seperti apel. Tapi daripada bingung membayangkannya, kita lupakan sejenak tentang apel. Apa yang mereka bicarakan pada intinya adalah bahwa seharusnya di dunia ini sudah dikembangkan konsep energi gratis yang diadopsi dari konsep Torus tadi. Tentu saja ini berarti bahwa kita mungkin tidak akan memerlukan bensin, gas, bahkan listrik, yang akan secara dramatis mengubah tingkat kesejahteraan dan produktivitas penduduk di bumi.

Pertanyaannya, mengapa kenyataannya kita masih menggunakan... BBM misalnya, yang kita semua tahu, akan mempengaruhi semua kenaikan harga ketika Bpk/ Ibu presiden memutuskan bahwa harganya naik? Jawabannya mudah, yaitu karena minyak, listrik dan sumber energi yang ada saat ini akan menciptakan suatau ketergantungan bagi masyarakat dan sangat memberikan keuntungan yang tersentralisasi ke satu pihak, siapa lagi kalau bukan keluarga besar Rockefeller yang selain memiliki Exxon, juga memiliki pengaruh besar dalam industri pangan & pertanian hingga obat-obatan. Dijelaskan juga bahwa para ilmuan pengembang energi gratis ini, hanya berakhir kematian ataupun kebangkrutan yang janggal.

Kedua, adalah bagian paling memuakkan dalam film ini. Mereka membahas Crop Circle. Tapi Crop Circle yang mereka bicarakan adalah Crop Circle buatan alien dan bukan kenyataan bahwa itu hanyalah salah satu konspirasi konyol yang pada akhirnya memberikan kesadaran palsu pada orang-orang mengenai keberadaan alien. Mereka membahas bentuk-bentuk Crop Circle yang pada umumnya didasari oleh visualisasi Torus yang berbentuk segi enam... atau tepatnya, Hexagram. Ya, Hexagram yang merupakan bentuk yang diciptakan dari intersection antara dua segitiga seperti pada simbol bintang david, seakan-akan sedang mereka promosikan.

Setelah itu barulah mereka membahas tentang siapa yang mengontrol industri-industri raksasa, termasuk media di bumi ini, tentang sistem uang dan sejarahnya, tentang Rockefeller dan Morgan, nama yang paling sering muncul ketika membicarakan tentang kelompok Elit terkaya di dunia. Disiniliah mereka menyatakan bahwa bagaimanapun, Illuminati hampir berhasil mencapai agenda dominasi global (Global Domination Agenda) mereka. Yang secara spesifik, telah memiliki akses untuk mengontrol bidang-bidang berikut, yang pertama, Money:

  • Central Banking System
  • Federal Reserve
  • IMF
  • World Bank
Kemudian bidang yang kedua, Energy:
  • Oil
  • Gas
  • Coal
  • Nuclear
Lalu ketiga, pada bidang Food & Water:
  • Agribusiness
  • World Trade
Keempat, Healh, yaitu:
  • Pharmaceuticals
  • Medical Schools
  • Research
Kelimat, Indoctrination, mereka telah mengontrol:
  • Compulsory Standardized Education
  • Media
Tidak hanya itu, terdapat satu lagi dominasi yang mereka lakukan, yaitu pada bidang:
  • Patriot Act
  • Surveillance
  • RFID Chips
Ya, dengan kata lain, pertama mereka harus mengendalikan uang, yang memungkinkan mereka untuk menjalankan hal lain. Ini sudah dilakukan dengan adanya sistem uang kertas. Lalu mereka perlu mengontrol energi dan mereka sudah melakukannya. Mereka juga sudah mengendalikan pertanian besar dan perdagangan dunia, hingga membeli pasokan air di seluruh dunia. Tidak hanya itu, mereka bahkan memiliki bidang kesehatan termasuk pendidikannya di saku mereka, dan berusaha menekan pengobatan alami. Serta yang paling utama, mereka harus mengendalikan informasi apa yang kita dapatkan, dan bagaimana kita bereaksi terhadapnya, lewat media.

Sedangkan, yang masih belum mereka kuasai menurut film ini adalah 2 bidang berikut, yaitu energi gratis dan pengobatan alami:
  • Free Energy
  • Natural Alternatives (medicine)


Tentu saja secara pribadi, saya sangat sangat tertarik dengan fakta-fakta yang mereka sebutkan. Mereka bahkan memiliki source data yang lengkap di websitenya. Hanya saja, hal yang paling mengganjal buat saya selain Crop Circle tadi, adalah bagian terakhir film ini yang memberikan solusi tentang bagaimana menyikapinya. Bagaimanapun, solusi adalah hal penting. Tapi dalam hal ini, bagaimana mungkin mereka menyebut pada elit sebagai ulat bulu yang rakus, tapi disisi lain, seakan sangat yakin, mereka mengibaratkan para pemillik agenda global itu akan berubah menjadi kupu-kupu. Karena bagaimanapun, masayarakat membutuhkan mereka dalam kehidupan. Memang tidak sepenuhnya salah, tapi tetap saja tidak dapat diterima.

Saya telah menyebutkan soal "disinformasi" pada entri sebelumnya. Ya, para truthSeeker di forum-forum telah mengetahui rahasia umum bahwa banyak sekali agen disinformasi yang selain memberikan fakta, tapi disaat yang sama juga memberikan informasi menyimpang sekaligus menyesatkan. Salah satuya adalah David Icke yang juga merupakan salah satu pembicara dalam film ini. Sangat terlihat sekali bahwa film ini secara tidak langsung membersihkan image-image menyeramkan dan berbahaya yang harusnya perlu diketahui, dan disamarkan dengan alurnya yang tricky, sangat mencolok khususnya pada akhir film.

Pada awal film, penonton diajak menyamakan persepsi mengenai betapa ilmiahnya energi dikaitkan dengan Crop Circle. Lalu pengetahuan dasar tentang Illuminati yang memang sangat menarik, disisipkan ditengah-tengah, itupun dengan sangat berhati-hati agar mereka tidak menjadi pihak yang seakan mengambinghitamkan para grup elit tersebut. Dan pada akhirnya, cara mereka menyajikan solusi membuat kita merasa bahwa bagaimanapun, kita hanya perlu melakukan sesuatu untuk kita sendiri dan bukan orang lain. Sebagai contoh, bagaimana dengan saudara-saudara kita yang sampai sekarang masih dilanda krisis kemerdekaan bahkan kemanusiaan di Timur Tengah sana? Mereka tidak menyediakan jawabannya. Yang mereka sediakan adalah jawaban bahwa masing-masing dari kita hanya harus menjadi semacam aktivis kemanusiaan biasa. Yang hampir bisa dipastikan bahwa tidak akan ada penonton yang benar-benar melakukannya usai menonton film ini.

Tapi tetap saja, manusia memiliki kemampuan untuk mengolah sesuatu. Tidak mungkin manusia dapat makan enak kalau tidak bisa memilah-milah yang mana yang dapat dimakan dan yang mana yang harus dibuang sebagai "ampas". Dan sebagai salah satu "bahan makanan" yang enak, film ini sangat layak kita tonton dan sejatinya dapat kita "olah" menjadi sesuatu yang bercitarasa bintang lima :)

Ini adalah Full Movienya jika ingin menonton, Subtitle .srt Indonesia juga tersedia di... (coba cari google) dengan akurasi yang sangat bagus. Keep exploring the truth, ya!

Tuesday 21 May 2013

Loge de Vriendschap Surabaya: Konflik Kecil Berupiah Besar?


Antara Saya dan Dia: The Freemasonry

Loji Persahabatan, atau Loge de Vriendschap Surabaya, merupakan sebuah gedung peninggalan V.O.C Belanda sejak 200 tahun lalu, tepatnya diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1811 oleh B.H.J. Van Cattenburch. Saya rasa angka tersebut harusnya mampu memberikan satu lagi potongan puzzle bagi mereka yang mempertanyakan eksistensi Kelompok Elit ini yang berakar dari masa nabi-nabi dan berkembang dan tentunya berbuah hingga saat ini, karena yang berkecamuk di benak saya adalah, bagaimana bisa sekelompok orang yang berasal dari tanah Timur Tengah, lalu bermigrasi ke belahan dunia lain seperti Belanda, Inggris, Skotlandia dll. Lalu berabad-abad kemudian, seakan Amoeba yang membelah diri, mereka terus memperbanyak dirinya, semuanya tidak pernah cukup buat mereka karena mereka tahu ada tanah-tanah primitif diluar sana yang dapat mereka kuasai dan memberi mereka lebih banyak kekuatan. Maka datanglah mereka menduduki tanah-tanah "pramodern", yaitu tempat-tempat yang kini disebut negara berkembang. Salah satunya adalah kita, Indonesia.
Simbol Freemasonry: Lambang Jangka - Mistar (Membentuk Intervensi Dua Segitiga) & Tangan Berjabat

Gedung yang berada di Jl. Tunjungan No. 80 Surabaya ini berseberangan dengan Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit), yaitu lokasi perobekan bendera Belanda yang konon merupakan sejarah terbentuknya filosofi Darah Merah-Tulang Putih Indonesia, alias bendera Indonesia. Namun, gedung ini sekarang sudah dialihfungsikan sebagai Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang secara umum menangani urusan-urusan yang berkaitan dengan kepemilikan tanah di Surabaya. Awalnya, kenyataan ini membuat saya cukup kecewa. Hingga saya berusaha mencari tahu lebih lanjut.

Loji Tempo Dulu
(Sumber: Ustadzrofii.wordpress.com)
Bagaimanapun saya sangat beruntung karena setelah merasa canggung dan kurang percaya diri untuk berada disana, (biasa, dikira fotografer takut Ujung2nya Duit) akhirnya, dengan bermodalkan status mahasiswa, saya yang berusaha memberanikan diri ini justru dapat sekalian mewawancarai perwakilan dari kedua pihak yang sedang berkonflik. Ya, konflik. Anda pasti bertanya-tanya bukan, "konflik macam apa??" Karena waktu itu, saya langsung bersemangat ketika Satpam kantor BPN ini menyebutkan status tanah itu sebagai "tanah sengketa". Ini sungguh diluar ekspektasi dan tujuan saya datang kesana. Tapi Ya!, meskipun hanya pak Satpam yang mewakili Kantor BPN dan seorang bapak paruh baya lainnya yang sedang memandikan anaknya yang mewakili pihak oposisi. Pihak oposisi? siapa ya....... :)

Kata "sengketa" adalah kata kunci yang menarik. Bagaimana tidak, ini bukan sengketa biasa. Gedung yang digunakan pemerintah (dilengkapi dengan surat putusan PN Surabaya, SK walikota Surabaya juga surat Ijin Mendirikan Bangunan: IMB), yang berfungsi sebagai pengelola segala hal yang berkaitan dengan tanah termasuk hak tanah dan kasus sengketa dan konflik tanah lainnya, justru dituntut ke pengadilan oleh pihak asing yang mengklaim bahwa tanah tersebut miliknya didasari pencabutan Keputusan Presiden Soekarno oleh Gus Dur dekade lalu.

Jadi, siapa pihak asing, atau pihak oposisi ini?, "... namanya Pak Tjipto", kata Pak Puji si Satpam kantor BPN. "...dari yayasan gereja jaman dulu bernama Loka Pamitran". Begitulah jawabannya ketika saya bertanya siapa Pak Tjipto. (Jujur waktu itu saya agak kasihan dengan kata "gereja" yang seringkali dijadikan topeng oleh pihak-pihak tertentu.) Sebelum melakukan wawancara kepada Pak Puji, saya berniat memotret sebuah ruangan besar di bagian belakang gedung ini yang dari jendela besarnya terlihat tidak digunakan dan agak kumuh dari luar. Namun... "SSSHHH!!" seseorang menegur saya untuk tidak melakukannya, saya memberanikan diri mendatanginya, memperkenalkan diri dan bertanya, hingga ia mengaku sebagai penjaga bagian belakang gedung ini. Ia menyatakan bahwa bosnya yang menyuruhnya. Saya memastikan sejauh apa pekerjaannya dan ternyata, hanya sesederhana menjaga bangunan tua, dan diperbolehkan menghuninya, oleh seseorang yang ia sebut "bos". Ia di-amanahi untuk tidak mengizinkan pihak asing untuk mengambil foto apalagi masuk ke dalam tempat itu.


Pak Puji dan Saya Disamping Ruang Utama yang Sudah Diklaim
Ruang Utama Loji dari Luar (Samping Gedung)

Saat itu saya tahu bahwa saya sudah memiliki keyword yang cukup untuk mengalihkan "wawancara" selanjutnya ke google. Karena, apapun alasan dibalik pengklaiman seorang Pak Tjipto, tentunya hal tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ia mewakili yayasan Loka Pamitran yang saya yakin tidak ada hubungan relijius dengan gereja. Terbukti, setelah saya telusuri, Loka Pamitran, Sebuah organisasi kebatinan yang dikukuhkan sebagai organisasi independen pada tanggal 7 april 1955. Dikukuhkan oleh Master dari "Orde Van Vrijmetselaren on der het Groot Oosten der Nederlanden" (Ordo Freemason dibawah Master Hindia Belanda) Pamitran sendiri berarti "Persahabatan", Arti yang sama dengan De Vriendschap. Salah satu majalah lokal pada tahun 2002 pernah memuat berita tentang upaya mengambil kembali lahan milik Loge de Vriendschap. Majalah tersebut menulis, "Sebuah perkumpulan yg dulu dinyatakan sebagai organisasi terlarang menuntut tanah dikawasan tunjungan, Surabaya".

Pada tahun 1945-1950an, loge-loge atau loji-loji Freemasonry, oleh kaum pribumi disebut sebagai Gedong Setan. Hal ini disebabkan ritual kaum Freemason yang selalu melakukan sejenis pemanggilan arwah orang mati, seperti halnya ritual yang dilakukan di halaman Gedung ini. Tapi, lama-kelamaan hal ini mengusik istana. Sehingga pada Maret 1950, Presiden Soekarno memanggil tokoh-tokoh Freemasonry tertinggi Hindia Belanda yang berpusat di Loji Adhucstat (sekarang Gedung Bappenas-Menteng) untuk mengklarifikasi hal tersebut.

Di depan Soekarno, tokoh-tokoh Freemasonry ini mengelak dan menyatakan bahwa istilah Setan berasal dari pengucapan kaum pribumi terhadap Sin Jan (Saint Jean) yang merupakan salah satu tokoh suci kaum Freemasonry. Walau mereka berkelit, namun Soekarno tidak percaya begitu saja. Akhirnya, Februari 1961, lewat Lembaran Negara (Keputusan Presiden) Presiden Soekarno membubarkan dan melarang keberadaan Freemasonry di Indonesia. Lembaran Negara ini kemudian dikuatkan oleh Keppres Nomor 264 tahun 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry dan segala derivat-nya seperti Rosikrusian, Moral Re-armament, Lions Club, Rotary Club, dan Bahaisme. Sejak itu, loji-loji mereka disita oleh negara.

Namun, 38 tahun kemudian, Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mencabut Keppres nomor 264/1962 tersebut, dan mengeluarkan Keppres nomor 69 tahun 2000 tanggal 23 Mei 2000. Sejak itulah, keberadaan kelompok-kelompok berbasis Yahudi seperti Organisasi Liga Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society, Vrijmetselaren-Loge (Loge Agung Indonesia), Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization Of Rosi Crucians (AMORC) dan Organisasi Bahai menjadi resmi dan sah kembali di Indonesia.

Keputusan Presiden Gus Dur yang "Silahkan-menilai-sendiri"

Ironis bukan? Kini, sebagian lahan seluas 2003 meter persegi ini telah diberi pagar seng. Pihak Pak Tjipto dari Loka Pamitran menuntut eksekusi pengosongan lahan negara ini. Loka Pamitran sendiri merupakan yayasan bagian dari Organisasi Loge Agung Indonesia yang dilindungi hukum, yayasan ini dimuat dalam Tambahan Berita Negara No. 63 Tahun 1954.

Tjipto Chandra (Kiri) yang juga ketua Yayasan Nusa Abdiguna
(Sumber: bisnis-jatim.com)

Jadi, apa tujuan Loka Pamitran yang segitu kekeuh-nya mengklaim gedung tersebut dan adakah dana yang menyokongnya? Jika ada, darimana? Lalu, apa tujuan organisasi-organisasi yang begitu antusiasnya sejak kembali diizinkan oleh Keputusan Presiden Gus Dur itu? Apa kegiatan mereka dan agenda final-nya?

Sulit menjawab pertanyaan tersebut seorang diri. Yang saya tahu, pertanyaan mengenai "eksistensi" adalah pertanyaan paling tidak layak dan tidak lazim untuk ditanyakan. Kecuali jika si pe-nanya jarang memanfaatkan kemampuan luar biasa yang ada di dalam kepalanya. See ya in the next post, truth-seeker! ;)

Tuesday 2 April 2013

ILLUMINATI: The Cult that Hijacked the World

Hai, entri saya kali ini setidaknya akan membuat beberapa orang skeptis di luar sana mengenai sumber informasi yang ia (atau mereka) pikir hanya dapat ditemukan di halaman berbasis blogspot atau wordpress saja itu menjadi... sediikittt... terbuka wawasannya. Ya, karena kali ini, sebelum melanjutkan pembahasan mengenai segitiga ataupun hexagram yg merupakan overlapping antara 2 segitiga, saya akan memberi sedikit resensi satu dari begitu banyak buku referensi yang pada Amazon List, berada di urutan pertama dalam "Best Books Exposing The Illuminati-Elite Agenda and NWO.", yakni:

Illuminati: The Cult that Hijacked the World oleh Henry Makow, Ph. D.

Cover buku Asli (Sumber: Amazon)
Informasi bibliografi

Henry Makow adalah seorang penulis Kanada berdarah Yahudi. Ia mulai menulis kolom majalah pada umur 11 tahun. Dan menerima gelar Ph. D dari Universitas Toronto pada 1982, dan sering menyuarakan penentangannya terhadap New World Order dalam berbagai kesempatan wawancaranya dan pada situsnya. Yang menarik adalah, (lagi2) beberapa orang-orang skeptis menganggap pembahasan mengenai Illuminati merupakan tindakan anti-semitisme (anti Yahudi dan Israel). Padahal, dalam buku ini dijelaskan betapa Makow sebagai Yahudi (dan Yahudi taat lainnya) tentu menolak Zionisme dan perbuatan tak-berhati mereka kepada Palestina dan negara Timur Tengah lainnya.

Tapi, versi asli buku ini berbahasa Inggris. Coba bayangkan bagaimana nasib kita jika tidak ada translator-translator hebat yang dipekerjakan penerbit seperti misalnya Ufuk Publishing House (Insha Allah ia akan jadi stakeholder TA saya :P), yang bukan hanya menggubah bahasa agar dapat dimengerti Truth-seeker2 seperti kita, tapi juga "mengkonversi" buku yang seharusnya seharga tidak kurang dari 180ribuan ini menjadi 50ribuan saja ke Indonesia. hehe. Jujur saja, ini adalah buku pertama yang saya beli setelah memutuskan untuk mencari tahu 5W1H dari Illuminati, atau dengan kata lain memutuskan untuk menjadi Truth-seeker dan menyebarkannya lewat Tugas Akhir saya. Nah, dalam versi bahasa Indonesia, covernya cukup berbeda. Sangat malah.

Illuminati: Dunia dalam Genggaman Perkumpulan Setan.


 Cover buku versi Bahasa Indonesia dengan Ambigram Earth, Air, Fire, Water.
Saya kira akan lumayan menarik jika saya melampirkan dulu deskripsi singkat di cover bagian belakang. Yaitu:

Kemanusiaan telah dijajah oleh sebuah kelompok pemuja Setan yang bernama Illuminati. Untuk mengalihkan perhatian dan mengendalikan kita, mereka tela menggunakan jaringan Freemason yang menyusup ke berbagai organisasi, khususnya pemerintah, lembaga intelijen, pendidikan, dan media massa. Mereka telah mengatur dua perang dunia dan akan merencanakan yang ketiga. Lalu apa sebenarnya tujuan Illuminati itu? Siapa saja yang terlibat di dalamnya? Henry Makow menggambarkan konspirasi dan menunjukkan bagaimana sejarah manusia sedang berlangsung sesuai dengan rencana Illuminati.

Ya, begitulah kira-kira deskripsi umum yang dapat memberikan gambaran sederhana mengenai buku ini. Berikutnya adalah, konten. Secara umum, konten buku ini terbagi menjadi:
  • Bagian satu: Bankir, Yahudi dan Anti-semitisme
  • Bagian dua: Illuminati, Sabbatean dan Perjanjian
  • Bagian tiga: Zionisme dan Holocaust
  • Bagian Empat: Sejarah yang Disembunyikan
  • EPILOG: Bertahan Hidup dari Tatanan Dunia Baru
Buat saya, membaca tulisan terjemahan bahasa Asing selalu mengasyikkan. Mereka selalu punya struktur kalimat yang menarik. Yang ketika di Bahasa Indonesiakan, seperti memperkaya Bahasa Indonesia itu sendiri. Hal yang sama saya rasakan terhadap tulisan-tulisan orang Yahudi yang dianggap manusia-manusia dengan intelejensi tinggi. Saya tidak terlalu percaya itu, namun saya percaya beberapa dari mereka memang (atau setidaknya berusaha untuk terlihat) terpelajar.

Makow tidak terlalu banyak membicarakan soal teori-konspirasi yang berhubungan dengan simbol-simbol seperti yang mungkin kita lihat di internet. Ia lebih banyak berbicara mengenai sejarah, latar belakang, pemikiran dan pernyataan orang-orang tertentu, dan strategi juga agenda yang berhubungan dengan Illuminati dan koalisinya. Seringkali ia menjelaskan analisisnya dihubungkan dengan pernyataan dari orang-orang yang berkaitan. Seperti misalnya, ketika ia berbicara mengenai globalisasi sebagai strategi pemerintahan satu dunia lewat pendidikan, kesehatan, media, hiburan bahkan gereja, ia banyak mengutip beberapa orang yang menyatakan hal serupa.

Jujur saja, menurut kacamata (RayBan oplosan) saya, buku ini tidak terlalu terstruktur jika tujuannya untuk memberikan gambaran jelas mengenai Illuminati jika dibandingkan dengan film-film dokumenter seperti The Arrivals. Ditambah lagi, berdasarkan beberapa sumber di Forum-forum khusus bagi Truth-seeker seperti HXForum.org (yang di dalamnya tidak akan ditemukan orang2 dengan komentar "blablabla laknatullah" ataupun "blablabla menyebar-kebencian"), ada pernyataan bahwa Henry Makow merupakan satu dari banyak penyebar Disinfo atau Disinformasi. Yang jika ada yg belum tahu, singkatnya merupakan sebuah strategi untuk menjadikan suatu orang/ pihak seakan berlawanan dengan Illuminati dengan memberikan beberapa informasi yang memang benar sehingga menjadi referens bahkan panutan, namun bersamaan dengan itu juga menyebarkan informasi yang provokatif ataupun cukup menyesatkan.

Misalnya saja, David Icke yang merupakan ahli teori-cult yang banyak menjadi referensi, ia banyak menjelaskan mengenai makna dan hubungan mengenai Pentagram dan Hexagram dengan satanisme, tapi disisi lain, ia menyatakan bahwa Illuminati adalah keturunan Reptil, yang secara tidak langsung mendukung teori Evolusi Darwin. Bahkan pernyataan ini dapat diartikan untuk membenci seseorang karena rasnya. Dalam hal ini, menurut saya Henry Makow memang memiliki banyak informasi menarik, tapi disaat yang sama, seakan berusaha membersihkan "nama-kotor" Yahudi dari secret society Illuminati ini. Saya bukanlah tipe pembenci yang membabi-buta karena saya tahu Yahudi memang tidak dapat digeneralisir. Namun yang dikemukakan Makow dalam buku ini tentang betapa inosennya Yahudi untuk kemudian menjadi alat Illuminati, saya rasa terlalu berlebihan.

Tuesday 19 March 2013

Simbol dan Logo | Horus, The Great Seal, & Garuda Pancasila

Seperti biasa, ini adalah postingan lanjutan dari blog sebelumnya. Namun sebelumnya, lagi2 saya harus menyamakan persepsi bahwa blog ini dibuat untuk keperluan akademis dalam bidang Komunikasi Visual. Sehingga, anggap saja bahwa saya sedang melakukan studi logo :)

Nah. Jika sebelumnya saya membicarakan mengenai Horus sebagai dewa matahari pagan yang tanda2nya banyak di asosiasikan pada perusahaan2 besar. Kini pertanyaan berlanjut, mengapa sebegitu berpengaruhnya Horus, hingga identitasnya baik fisik maupun metafora, bisa-bisanya digunakan ke tingkat yang lebih besar lagi. Ya, simbol negara. Yuk lihat.

Lambang negara dunia dengan asosiasi burung

Setelah memperhatikan lambang negara di atas. Sekarang kita berpikir... kenapa harus burung.dan... dengan visualisasi yang kurang lebih sama?. Untuk sementara kita kesampingkan dulu jenis burungnya, apakah itu garuda, elang, merpati, setengah manusia, atau apapun.

Sebagai peradaban tertua 3150 SM, bisa kita pastikan bahwa Mesir Kuno bukanlah pihak yang harus dituntut karena melakukan plagiat atas simbol tersebut. :P Karena jawabannya kembali ke topik mengenai Horus. Bahwa ia tercatat dalam Hiroglif Mesir sebagai "hr.w", yang pengucapannya di rekonstruksi menjadi *Ḥāru, yang berarti falcon atau elang. Dapat juga diartikan sebagai "the distant one" atau "one who is above, over" (Meltzer, Edmund S. (2002). Horus. In D. B. Redford (Ed.), The ancient gods speak: A guide to Egyptian religion (pp. 164). New York: Oxford University Press, USA.)

Singkatnya, Horus juga direpresentasikan sebagai burung elang. Itu juga merupakan alasan kenapa simbolnya dengan perwujudan manusia, digambarkan berkepala burung. Mari kita lihat simbol tersebut.



Sekarang kita bisa percaya, betapa berpengaruhnya Horus dalam dunia yang kita pikir modern ini. Namun yang jadi masalah adalah, apakah pengaruhnya baik.... atau mungkin buruk? Tentu saja kita tidak boleh asal menyimpulkan. Dalam hal ini, bagi kita TruthSeeker, pastinya bisa memulai dari apa pengaruh atau apa yang mempengaruhi simbol tersebut. Sebut saja pada brand. Logo yang bagus tidak menjamin produk tersebut berkualitas baik. Begitupula sebaliknya. Hanya karena logonya jelek, bukan berarti produk tersebut tidak bagus. Jadi, bagaimana kita mengetahui pengaruhnya? mari kita mulai dari diri sendiri. Yaitu Indonesia.

Garuda Pancasila adalah adaptasi dari Garuda yang dalam mitologi Hindu India berbentuk manusia berwarna emas, berwajah putih, berparuh dan bersayap merah. Diperkirakan sosok ini adalah adaptasi Hindu terhadap Dewa Ra/Bennu dalam mitologi Mesir kuno (Dewa Horus). Garuda juga banyak kesamaan dengan mitologi Pha Krut (Thailand), Rukh (Arab), Simurgh (Persia), Thunderbird (Indian), Vurumahery (Madagaskar) dan Phoenix (Yunani Kuno).

Perancangan Pancasila yang melewati proses Revisi 

Namun, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II pada tanggal 8 Februari 1950 ini, pernah mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis. Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali – Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh. Hatta sebagai perdana menteri. Setelah itu simbol ini juga terus dilakukan penyempurnaan berkali-kali hingga pada 20 Maret 1950, Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut. Sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II yang sebulan kemudian diberhentikan akibat persekongkolannya dengan Westerling dan APRA.

Sejauh ini, saya rasa Garuda Pancasila mungkin memang dipengaruhi oleh ideologi pagan. Namun atas idealisme pemimpin-pemimpin masa lalu, yang lebih signifikan justru adalah nilai Pancasila itu sendiri. (walau pada kenyataannya, banyak yang mengkritik bahwa nilai kelima sila tersebut sama sekali tidak tercermin pada masa ini) Di samping itu, perlu digaris bawahi bahwa kita juga belum mengetahui alasan Sultan Hamid II menggunakan simbol tersebut. Toh, dia adalah sosok pengkhianat. Who knows dia memiliki hubungan dengan Freemasonry pada masa itu.

Sekarang, adakah negara lain dengan simbol serupa yang memiliki nilai pagan atau sejenisnya yang lebih signifikan? Bagaimana dengan Amerika Serikat, sebagai negara adidaya yang selalu dijadikan "teladan" dalam berbagai bidang kenegaraan? Mengapa di atas simbol burung The Great Seal terdapat bintang yang susunannya menyerupai bendera Israel ataupun bintang David? Masa sih kebetulan... Sepertinya menarik untuk kita bahas di post selanjutnya :)